
Tanjungpinang, Kepulauan Riau – Di balik kemegahan Kota Tanjungpinang sebagai ibu kota Provinsi Kepulauan Riau, tersimpan jejak panjang sejarah yang terpatri kuat dalam ingatan masyarakat Melayu. Meski tak ada satu individu yang secara mutlak disebut sebagai “penemu” kota ini, sejarah mencatat nama Raja Haji Fisabilillah sebagai tokoh sentral yang meletakkan fondasi kejayaan wilayah ini dalam konteks budaya, pemerintahan, dan perjuangan.
Tanjungpinang telah eksis sejak abad ke-3 Masehi sebagai pos penting dalam jalur perdagangan maritim India-Tiongkok. Namun, peran strategisnya mulai benar-benar menonjol pada abad ke-18 ketika menjadi pusat pemerintahan Kesultanan Riau-Lingga. Di sinilah nama Raja Haji Fisabilillah muncul sebagai figur pemersatu dan pejuang tangguh yang menyulut semangat perlawanan terhadap dominasi kolonial Belanda.
Sebagai Panglima Perang Kesultanan Riau, Raja Haji memimpin pertempuran besar melawan Belanda antara tahun 1782 hingga 1784. Ia gugur secara heroik dalam pertempuran di Malaka, namun warisan perjuangannya terus hidup dan dikenang sebagai simbol keberanian serta kedaulatan Melayu.
Pengaruh Raja Haji tak hanya dalam hal militer. Ia juga berjasa besar dalam membangun struktur sosial dan memperkuat peran Tanjungpinang sebagai pusat budaya dan politik di kawasan Selat Malaka. Dengan strategi diplomasi dan ketegasan kepemimpinan, beliau memastikan kota ini menjadi simpul penting dalam peta geopolitik Nusantara saat itu.
Tak heran, nama Raja Haji Fisabilillah kemudian diabadikan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Tanjungpinang—mulai dari nama bandara, jalan utama, hingga Hari Jadi Kota Tanjungpinang yang ditetapkan pada tanggal 6 Januari setiap tahun sebagai penghormatan terhadap peran historisnya.
Dalam narasi modern, Tanjungpinang bukan hanya kota dengan pemandangan laut yang memesona, tetapi juga pusat sejarah yang menyimpan semangat perlawanan, kebudayaan, dan kejayaan masa lampau. Melalui figur seperti Raja Haji Fisabilillah, masyarakat diingatkan bahwa kemajuan hari ini berdiri di atas fondasi perjuangan tokoh-tokoh besar yang berani bermimpi dan bertindak.
Dengan demikian, meski tak ada “penemu” tunggal bagi Tanjungpinang dalam pengertian geografis, Raja Haji Fisabilillah pantas disebut sebagai figur sentral dalam lahirnya identitas dan kemuliaan kota ini—sebuah warisan yang tak lekang oleh zaman.
Data Pendukung Sejarah Tanjungpinang dan Raja Haji Fisabilillah
1. Kronologi Sejarah Awal Tanjungpinang
Tahun peristiwa Penting abad ke-3 M Tanjungpinang tercatat sebagai pos dagang dalam jalur perdagangan maritim India –Tiongkok.1722Kesultanan Riau-Lingga berdiri dan menjadikan wilayah Tanjungpinang sebagai pusat kekuasaan.1740–1784Masa aktif Raja Haji Fisabilillah sebagai panglima perang dan penasihat Kesultanan Riau-Lingga.1784Gugurnya Raja Haji Fisabilillah dalam perang melawan Belanda di Malaka.6 Januari 1784Dijadikan sebagai Hari Jadi Kota Tanjungpinang berdasarkan jejak sejarah peran kerajaan dan perjuangan.
2. Fakta Sejarah tentang Raja Haji Fisabilillah
Nama Lengkap: Raja Haji Fisabilillah bin Raja Lumu
Gelar: Yang Dipertuan Muda Riau ke-4 (1777–1784)
Tempat Lahir: Riau, Kesultanan Melayu
Keturunan: Keluarga bangsawan Bugis, keponakan Raja Lumu (pendiri Kesultanan Selangor)
Perjuangan: Memimpin perlawanan besar-besaran terhadap VOC di Johor, Riau, dan Malaka.
Tempat Gugur: Teluk Ketapang, Malaka, saat melawan Belanda, tahun 1784.
Makam: Dimakamkan di Pulau Penyengat, Tanjungpinang.
3. Jejak Raja Haji Fisabilillah di Tanjungpinang
Bandara Internasional Raja Haji Fisabilillah (RHF) diresmikan sebagai bentuk penghormatan terhadap jasa beliau.
Monumen Raja Haji di Pulau Penyengat, dekat masjid kuning ikonik Masjid Raya Sultan Riau.
Nama Jalan Utama di kota Tanjungpinang dan berbagai sekolah serta institusi menggunakan namanya.
4. Kutipan Sejarah
“Raja Haji bukan hanya seorang panglima, tapi juga negarawan yang melihat jauh ke depan. Ia melawan Belanda bukan untuk kerajaan semata, tapi untuk marwah Melayu.”
– Sejarawan Prof. Wan Hussein Azmi (Universitas Kebangsaan Malaysia)
5. Referensi dan Sumber Historis
“Tuhfat al-Nafis” (Kitab sejarah Melayu Riau-Johor-Lingga karangan Raja Ali Haji)
Buku “Sejarah Melayu-Riau” oleh Dr. Andaya Leonard
Arsip Museum Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah – Tanjungpinang
Balai Pelestarian Cagar Budaya Kepulauan Riau