
Prioritasnews.ID, Pringsewu – Ketika jalanan di Pagelaran Utara makin hari makin hancur, Pemerintah Kabupaten Pringsewu justru sibuk membangun citra.
Pembangunan jalan? Hanya dirasakan oleh kecamatan-kecamatan “unggulan” seperti Gading Rejo dan Pringsewu Kota.
Lalu, bagaimana nasib Pagelaran Utara?
Warga di sana seperti dianaktirikan. Tak ada sentuhan pembangunan, tak ada perhatian serius.
Janji tinggal janji. Itulah yang kini dirasakan oleh sekitar seribu warga Pagelaran Utara.
Pada Senin, 26 Mei 2025, mereka akan turun ke jalan. Tapi bukan karena mereka ingin rusuh, melainkan karena mereka ingin didengar.
Mereka akan menggelar aksi damai. Aksi yang mencerminkan frustrasi mendalam terhadap janji-janji politik yang tidak pernah ditepati.
Hariyadi, Ketua Karang Taruna Pagelaran Utara sekaligus koordinator aksi, mengatakan keresahan warga sudah mencapai puncak.
“Setiap pemilu, warga dijanjikan pembangunan jalan. Tapi setelah duduk di kursi kekuasaan, semuanya dilupakan,” kata Hariyadi, Rabu (22/5).
Pertanyaannya, siapa yang memberi janji itu? Dan mengapa sekarang diam membisu?
Kondisi jalan dari Pagelaran Utara ke Banyumas dan Pagelaran rusak berat. Lubang di mana-mana, licin saat hujan, dan berdebu saat kering.
Yang lebih parah, jalan itu membahayakan jiwa.
“Pernah ada warga yang mau dirujuk ke rumah sakit. Tapi karena jalannya rusak, kondisinya malah makin parah di perjalanan,” ungkap Hariyadi.
Apakah ini harga yang harus dibayar warga karena tinggal di luar pusat kekuasaan?
Sudarno, tokoh masyarakat setempat, tak ragu menyebut Pagelaran Utara sebagai “warga kelas dua”.
“Kami merasa seperti bukan bagian dari Pringsewu. Seolah-olah kami ini hanya alat saat pemilu, lalu dibuang,” kata Sudarno.
Aksi damai nanti akan diikuti berbagai elemen masyarakat. Dari tokoh adat, pemuda, hingga organisasi sosial.
Bukan untuk mencari ribut. Tapi untuk meminta hak.
Hariyadi menegaskan, ini bukan soal politik. Ini soal keadilan.
“Yang kami tuntut cuma satu, pembangunan yang merata,” tegasnya. (Edi)
Comment